Meskipun perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dewasa ini semakin canggih, namun kebutuhan terhadap kamus atau
semacam glosari pun tidak dapat dipungkiri. Kamus atau glosari menjadi sebuah
buku yang memiliki urgensi tinggi, apalagi bagi mereka yang berkecimpung di
lingkungan akademis. Bahkan para ilmuan, cendekiawan, budayawan, serta
masyarakat umum pun tidak bisa menghindari kebutuhan akan kamus dan glosari
tersebut.
Kamus
yang berkaitan dengan bahasa Sunda sudah ada beberapa buah, sebagian sudah
diterbitkan dan sebagian lagi masih berbentuk naskah (tulisan tangan). Kamus
Basa Sunda yang sudah diterbitkan pun sebagian dicetak dalam jumlah banyak
(lebih dari 50 eksemplar0 dn sebagian lagi hanya dicetak sedikit (kurang dari
50 eksemplar). Kamus yang masih berbentuk naskah, aslinya hanya satu eksemplar
dan kopinya (fotokopi) ada beberapa eksemplar (kurang dari 10 eksemplar).
Kamus bahasa sunda yang sudah
diterbitkan antra lain Kamus
Sunda-Inggris disusun oleh Rigg (1862); Kamus
Sunda-Belanda disusun oleh Geerdink (1875), Coolsma (1844, 1913), Lezer
(1931), Oosting (1879), Miffrl (1903), dan Eringa (1984); Kamus Sunda-Indonesia disusun oleh Satjadibrata (1944, 1948, 1950)
dan Umsari, dkk. (1992); Kamus
Sunda-Sunda disusun oleh Satjadibrata (1948, 1954), dan Lembaga Basa Sastra
Sunda (1957, 1980, 1985).
Ada juga kamus basa sunda yang masih
berbentuk naskah (tulisan tangan) dan belum diterbitkan antara lain, Kamus Sunda-Belanda disusun oleh Wilde (1819), Eysinga
(1845-1855), dan sebuah kamus yang penyusunannya anonim, dll.
Selain itu, ada juga kamus yang
entrinya berasal dari bahasa lain, tapi padanannya atau keterangannya dalam
bahasa Sunda. Di antaranya yang tercatat Kamus
Belanda-Sunda yang disusun oleh Blusse dan Kartawinata (1876); Kamus Sunda-Jepang bersama Melayu, Jawa, dan Madura disusun oleh Kotoba no Tebiki (1943), (dalam
Suryani, 2001).