LAPORAN
BACAAN
Tujuan: Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Karawitan
Oleh:
Ari Karnanda
(180210140041)
Program Studi – Sastra Sunda
Kelas A
Fakultas
Ilmu Budaya
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Buku yang dilaporkan adalah novel yang
berjudul Nu Kaul Lagu Kaléon yang ditulis oleh RAF
(Rahmatullah Ading Affandie). Novel ini diterbitkan pada Februari 2008 dan
Agustus 2011 dicetakdi Bandung oleh PT. Kiblat Buku Utama dengan tebal 100 halaman.Novel ini dibuat
sebagai kecintaan penulis terhadap kebudayaan sunda. Karena novel ini berbahasa
daerah (bahasa sunda) yang dewasa ini sudah jarang penggunaan novel dengan
memakai bahasa daerah seperti novel yang penulis buat ini yang berjudul Nu Kaul Lagu Kaléon.
Alur
cerita pada novel ini didapat selain dari penulis langsung, cerita novel ini
juga dihiasi oleh beberapa hasil pemikiran terutamanya dari saudara Apung S.
Wiatmaja dan Atjé Hasan Su’éb sebagai koreksi sehingga novel ini lebih menarik
lagi alur ceritanya.
BAB II
LAPORAN BAGIAN NOVEL
I.
Identitas Buku
Judul :
Anu
Kaul Lagu Kaléon
Penulis :
RAF (Rahmatullah Ading Affandie)
Penerbit :
PT. Kiblat Buku Utama
Cetakan :
Keempat, Februari 2008;
Kelima, Agustus 2011
Tebal :
100 Halaman
II.
Sinopsis
Pada Malam minggu Di sebuah Rumah
seorang tokoh masyarakat yang bernama Pa Sadikin sedang diadakanPanglawungan (pertemuan)
pengkajian Tembang sunda mamaos Cianjuran, banyak yang hadir
dalam kagiatan itu sehingga Ruangan rumah tidak bisa menampung seluruh orang
yang ikut mendengarkan dan memperhatikan tampilan Tembang Sunda mamaos Cianjuran,
ada sekitar sepuluh orang yang tidak kebagian tempat di dalam Ruangan
diantaranya adalah tokoh utama “aku” yang diperankan oleh orang yang bernama
Pendi yang memutuskan untuk duduk dekat pintu keluar, dan bersandar di dinding
yang terbuat dari ayaman bambu atau dalam bahasa sunda adalah bilik.
Seluruh orang yang hadir di tempat
itu dengan khusyuk memperhatikan Penembang tanpa ada yang berisik dan
gerakan sedikit pun dari satiap orang yang hadir, kalaupun ada orang yang ingin
bicara pada teman di sampingnya hanya dengan berbisik saja, karena takut
mengganggu orang lain yang sedang serius memperhatikan Penembang. Di dalam
ruangan terdengar berbagai jenis lagu dalam laras (nada) Pelog hampir
berakhir, dan biasanya setelah itu akan memulai lagu yang berlaras (bernada) Sorog,
kemudian pada tengah malam baru akan masuk kedalam lagu yangberlaras (bernada) Salendro.
Pada saat itu berbagai tembang dalam laras (nada) Pelog telah
dinyanyikan dari mulai Lagu Jejemplangan yakni Jemplang
Cidadap, Jemplang Titi, Jemplang Ceurik, Jemplang Pamirig, hinggaJemplang
Leumpang dan seterusnya.
Tokoh utama yang bernama Pendi sudah
sering menekuni bidang Tembang Cianjuran, namun dia tidak mau dikatakan sebagai
pecandu Tambang Cianjuran. Setiap kali dia mengikuti pertemuan itu dia tidak
hanya mendengarkan tetapi juga memperhatikan bagaimana seorang penembang
Cianjuran melantunkan Lagunya, sehingga Pendi mengetahui mana Penembang yang
baru belajar, dan mana Penembang yang Sudah berpengalaman. Menurut Pendi jika
hanya mendengarkan Tembang dengan menggunakan telinga saja belum lengkap, oleh
karena itu memerlukan perasaan sebagai alat yang paling utama dalam
memperhatikan Tembang Cianjuran.
Keseriusan Seluruh orang yang hadir
dalam memperhatikan Tembang Cianjuran terlihat dari raut wajah mereka ketika
ada penembang yang hampir tidak mencapai nada petit (nada
tinggi), dan menggelengkan kepala apabila suara penembang tidak sesuai surupan laras (nada
dadasar lagu). Apabila ada sebagain orang yang mendengarkan Tembang merasa
mengantuk dan hampir tertidur maka yang lainnya akan menegur supaya jangan
tidur karena akan mengganggu Penembang. Setelah Lagu panambih yang
berjudul Deungkleung dinyanyikan maka berakhirlah Tembang
Cianjuran yang berlaras (bernada) Pelog. Tiba
saatnya untuk beranjak menju Tembang Sunda Cianjuran yang berlaras(bernada) Sorog,
jadi harus ada beberapa senar kacapi yang harus dirubah, dan waktu itu juga
digunakan untuk beristirahat sejenak, namun Pendi tidak mendengar satu nada
kecapi pun yang dirubah, yang terdengar adalah sebuah obrolan didalam ruangan
bahwa ada tamu dari orang yang mempunyai rumah yang sudah ada dari sore hari.
Kemudian tamu itu diminta bernazar oleh orang yang mempunyai rumah supaya
meyumbangkan sebuah Lagu Tembang Sunda Cianjuran.
Pada saat itu suasana menjadi gaduh,
orang-orang yang semula sarius dan khusyuk menjadi tidak fokus, beberapa orang
ada yang mengobrol secara langsung dan sebagian orang ada yang memakan sajian
makanan ringan, mungkin hanya Pendi yang menyadari hal itu. Keadaan masih tetap
gaduh ketika Pangkat (intro) kacapi dimainkan, kemudian
suasana berubah ketika orang yang menyumbangkan Tembang Cianjuran memulai
Tembangnnya, setelah membuka Tembang Cianjuran dengan Lagam Pembuka dengan
istilah Daweung. Pendi baru sadar ternyata yang bernazar Tembang
Cianjuran itu adalah seorang perempuan, lagu yang ditembangkannya adalah
Cianjuran yang berjudul Kaleon, lagu itu pun dinyanyikan dengan
penuh penghayatan. Seluruh orang yang berada didalam ruangan pun kembali fokus
untuk memperhatikan Penembang termasuk Pendi. Terkejutlah Pendi oleh lagu itu,
apalagi ornamentasi atau gaya Tembang yang di nyanyikan oleh Perempuan itu
telah meluluhkan hati orang-orang yang hadir terutama Pendi. Warna suara orang
yang bernazar Tembang itu mengingatkan kepada seseorang yang pernah dijumpai
dalam kehidupannya. Namun sayang Pendi tidak bisa melihat kedalam ruangan untuk
memastikan siapa orang yang Melantunkan tembang itu, karena rasa malu dan terhalangi
oleh beberapa orang yang ada didepannya. Setelah itu Penembang Lagu Kaleon itu
pun berhenti karena Putranya terus merengek pada Ibunya.
Seluruh orang merasa kecewa karena
belum lengkap apabila Tembang hanya sampai lagu Kaleon, apalagi
orang yang Bernazar Tambang ini telah memikat seluruh orang, terutama bagi
Pendi yang tahu betul tentang bagaimana etika yang baik bagi siapapun yang
ingin Menyanyikan tembang Cianjuran. Waktu telah menuju larut malam Kajian
Tembang pun dilanjutkan kembali setelah berhenti di Lagu Deungkleung, Bagi
Pendi tidak bisa fokus kembali kedalam Panglawungan itu, yang dia pikirkan
adalah Suara Perempuan yang Bernazar Tembang yang berhenti dilagu kaleon itu,
hal itu membuat Pendi terus membayangkan siapa Penembang itu, hingga selesainya Panglawungan itu
pada dini hari, pulang lah semua orang yang ada disana termasuk Pendi.
Setibanya di Rumah, Pendi
Merencanakan untuk pergi ke Rumah Pa Sadikin pagi-pagi sekali, agar dia
mengetahui siapa sebenarnya orang yang Bernazar menyanyikan Tembang lagu Kaleon
itu, berangkatlah pagi-pagi keluar menuju rumah Pa Sadikin, sayang sekali pagi
itu rumah Pa Sadikin tidak ada orangnya, yang terlihat adalah pembantu Rumah Pa
Sadikin. Gagal lah sudah harapan Pendi untuk mencari kebenaran prasangkanya. Hari
demi hari berlaru Pendi terus menerus mengingat-ingat suara itu sambil
berbaring di Kamarnya. Hingga Pendi teringat pada perempuan yang bernama Nani,
Ini lah yang memaksa Pendi untuk mengingat kambali masalalu bersama Nani, dia
adalah perempuan yang pernah Pendi ajarkan sebuah Tembang Cianjuran pada
masalalunya. Pertemuan Pendi dan Nani berawal dari rumah Ceuk (Kakak)
Kanah beliau adalah guru Tembang Cianjuran didaerahnya. Awalnya Nani hanya
mengantarkan Kakanya yang bernama Yati untuk belajar Tembang Cianjuran
kepada Ceuk (Kakak) Kanah,.
Ceuk Kanah sendiri hanya
mengajarkan kepada Yati, karena Nani selalu malu apabila diminta untuk
Melantunkan Tembang oleh Ceuk Kanah, pada saat itu datang lah
Pendi ke Rumah Ceuk Kanah dengan maksud ada keperluan kepada Kang
Atma suami dari Ceuk Kanah, namun Kang Atma sendiri sedang
tidak ada di Dirumahnya. Pada Saat itu Pendi bertemu dengan Nani, Pendi tahu
siapapun orang yang datang ke Rumah Ceuk Kanah pasti ingin
belajar Seni Tembang Cianjuran, Pendi ingin mendengarkan Nani bernyanyi
Tembang, namun Nani masih malu-malu karena merasa belum bisa, dengan dorongan
dari Pendi akhirnya Nani mau juga bernyanyi Tembang Cianjuran seperti Yati
kakanya Nani. Suara Nani terdengar oleh Ceuk Kanah, dan Ceuk Kanah
pun merasa terkejut mendengar suara Nani. karena Nani memiliki karekter warna
suara yang unik yang pasti tidak dipunyai orang lain, meskipun masih perlu
dilatih.
Dari sana lah Nani mulai bersemangat
untuk berlatih tembang sunda Cianjuran, atas motivasi yang diberikan oleh Pendi.
Setiap kali latihan Pendi Selalu membuat rumpaka (lirik) baru
untuk Nani, Kemudian Nani pun merasa senang karena rumpaka (lirik)
Tembang hasil cipta Pendi begitu Indah apabila dilantunkan, begitu pula Pendi
juga senang apabila Liriknya dinyanyikan oleh Nani karena suaranya begitu indah
didengar dan menyayat hati Pendi. Apabila ada sebuah acara Panglawungan Nani
selalu ikut dengan meminta izin dari Pendi terlebih dahulu, darisanalah muncul
Rasa kasih sayang diantara keduanya, dan saling berbagi asa. Hingga pada suatu
hari Nani akan dijodohkan dengan Laki-laki lain oleh kedua Orang Tuanya, Nani
Merasa bersedih karena kedekatannya dengan dunia Tembang Cinjuran akan segera
berakhir, tapi yang lebih sedih adalah berpisah dengan pembimbingnya Pendi,
sekalipun Pendi tidak bisa berbuat apa-apa. Pada suatu hari Pandi hendak pergi
ke Rumah Nani, disana hanya ada Nani seorang, karena orang tuanya sedang tidak
ada di Rumah. Diasana seperti biasa Pendi akan melatih Nani dengan Lirik
tembang yang baru, kemudian Nani menyanyikan Lirik lagu itu dengan Lagu Tembang
yang berjudul Kelon, ketika di pertengahan Lirik Nani tidak bisa meneruskan
lagi karena Nani tahu bahwa Lirik lagu Tembang buatan Pendi kali ini adalah
Ungkapan rasa yang sesungguhnya untuk Nani, dan Nani meneteskan air mata.
Banyak hal yang ingin Pendi tanyakan kepada Nani atas keputusannya untuk
menikahi Laki-laki yang di Jodohkan Orang Tuanya. Setelah kejadian itu Orang
Tua Dari laki-laki yang dijodohkan Orang Tua Nani mengambil keputusan agar Nani
segera dinikahkan.
Menikahlah Nani dengan laki-laki
lain, dari semenjak itu Pendi dan Nani tidak pernah berjumpa lagi sekaligus
Pendi ingin melupakan Nani dari kahidupannya. Begitulah Keadaan masalalu antara
Pendi dengan Nani, setelah beberapa tahun tidak bertemu kini Pendi merasa dekat
kembali dengan Nani, karena Pendi merasa yakin dengan prasangkanya terhadap
Seseorang yang Bernazar lagu menyanyikan tembang Lagu Kaleon di Rumah Pa
Sadikin itu adalah Nani. Setelah kejadian itu Pendi merasa tergugah kembali
memastikan dia adalah Nani dan mencari dimana keberadaan Nani. Satu minggu
setelah Panglawung (Pertemuan) Tembang Sunda Cianjuran, Pendi mendapat undangan
Perkumpulan Tokoh Tembang Cianjuran dari Pa Sadikin, Pendi pun menghadiri
undangan itu dan terpilih sebagai Pengurus Pelestari Seni Tembang Cianjuran,
setelah Perkumpulan selesai Pa Sadikin beserta isterinya mengajak dulu Pendi
bicara, pembicaraannya mengenai Nani dan masa lalunya bersama Pendi. Pendi pun
kaget mengenai hal itu, ternyata Nani lah yang memberi tahu bahwa Pendi sering
aktif dalam dunia Seni Tembang Cianjuran, dan Pendi pun akhirnya tahu bahwa
Nani adalah Keponakan dari Pa Sadikin, Isteri Pa Sadikin menerangkan bahwa kini
Nani telah bercerai dengan suaminya dan membuahkan seorang anak Perempuan, dan lebih
banyak lagi ungkapan perasaan Nani kepada Pendi melalui Bibinya. Di akhir
cerita keluarga Pa Sadikin mengajak Pendi menemui Nani yang sedang sakit dan
dirawat di salah satu Rumah sakit di Bandung.
Begitu lah rangkaian kejadian
peristiwa dalam Novel Nu Kaul Lagu Kaleon, secara singkat Novel ini terdiri
dari dua babak, namun pembahasnnya diuraikan secara kronologis dengan
menjelaskan kejadian masa lalu hingga kejadian pada waktu itu. Pengarang
berusaha menjelaskan permasalahan yang terjadi dengan menguraikan kembali masa
lalu tokoh Pendi dengan Nani, hingga akhir cerita.