Selasa, 15 Desember 2015

Entri dan Permasalahan didalam Kamus

Pengertian
   Istilah entri (entry) mencakup dua bidang, yaitu entri pokok atau (main entry); kata kepala yang sering disebut pula dengan istilah entri saja; dan subentri (subentry).

   Yang dimaksud dengan entri pokok atau kata kepala adalah kata atau gabungan kata yang mendukung satu rujukan makna atau ungkapan tetap yang merupakan bentuk dasar daripada segala bentukan derivasinya yang merupakan unsur-unsur kosa kata atau perbedaan kata di dalam kamus.
Sedangkan subentri adalah bentukan-bentukan kata yang merupakan bentukan yang diturunkan atau bentuk derivasi dari entri pokok.

Bentuk Entri dan Permasalahannya
   Jika ditinjau dari sudut bentuk katanya, entri dapat berupa kata dasar, dapat pula berupa kata jadian atau kata turunan. Walaupun pembatasan kedua istilah tersebut cukup jelas, namun masih banyak persoalan yang timbul yang memerlukan jawaban (pemecahan) dalam penyusunan kamus.

Bentuk Dasar
   Penentuan kata sebagai entri pokok rasanya tidak semudah yang dibayangkan orang. Bagaimana menghadapi kata-kata seperti: setuju, menyetujukan, mempersetujukan yang berasal dari kata dasar tuju; dan peraga, memperagakan yang berasal dari kata dasar raga. Kata setuju dan peraga dengan bentuk turunannya secara paradigmatis sudah merupakan kelompok paradigma sendiri yang berbeda dari kata dasarnya.

   Dalam bahasa Sunda ditemukan kata dasar seperti kabesékan, kabeureuyan, kabuhulan, kamerkaan, dan kababayan, dalam istilah leksikografi disebut dengan istilah run on entry.

Bentuk Jadian
Kata Berimbuhan
   Sisipan kata yang lazim dalam bahasa Indonesia ialah –el-, -em-, dan ­–er- misalnya; geletar, gemetar, gemilang, dan gerigi. Kata-kata tersebut merupakan data bahasa yang perlu mendapat tempat dalam kamus. Tetapi yang menjadi persoalan, bagaimana sikap penyusun kamus dalam memperlakukan kata-kata tersebut; apakah akan diperlakukan sebagai entri pokok, subentri, atau mungkin ada kemungkinan lainnya? Tetapi, sampai saat ini, baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Sunda, kata berimbuhan seperti di atas dimasukkan ke dalam subentri.

Gabungan Kata
   Gabungan kata ada yang idiomatis ada pula yang nonidiomatis. Ciri-ciri kedua gabungan kata atersebut perlu diketahui secara tegas, sehingga mudak mengambil sikakp dalam menyusun sebuah kamus.

Bentuk Ulang
   Berkaitan dengan bentuk ulang, ada beberapa macam bentuknya. Bentuk-bentuk tersebut mengikuti pola sebagai berikut:
Kupu-kupu, kuda-kuda
Meja-meja, kursi-kursi
Bolak-balik, pontang-panting
Porak-poranda, lauk-pauk
Menerka-nerka, mencari-cari
Dedaunan, tetamu

    Sama halnya seperti kata majemuk, penyusun memperlakukan kata ulang ke dalam subentri dalam menyusun kamus.

Masalah lain-lain
    Masalah lain yang mungkin memerlukan pemecahan pula yaitu masalah kata-kata serapan. Baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah, saat ini telah membuka kesempatan masuknya atau terserapnya kata-kata seperti ngompreng, ngopi, ngobyek, nongkrong, barusan, karuan, gentayangan, ganteng, dll. Secara objektif kata-kata tersebut perlu mendapat tempat di dalam kamus.
Masalah yang timbul adalah apakah kata-kata tersebut hanya sekedar dimuat tanpa memberikan catatan apapun. Hal ini yang perlu dipikirkan oleh penyusun kamus.

Pengartuan Data
    Dalam hal pengartuan data, tidak begitu banyak persoalan yang timbul karena data-data dikartukan (ditulis pada kartu) dengan konteks kalimat yang mendukung makna kata yang dikartukan.
Pada pemilihan konteks kalimat inilah yang menimbulkan persoalan, sebab kemungkinan konteks kalimatnya kurang atau sama sekali tidak memberikan gambaran makna kata yang diambil sebagai data. Dalam hal ini muncul beberapa pemikiran, apakah penyusunan kamus harus bersikap obyektif, murni, atau preskriptif, memberikan pengarahan-pengarahan kepada pemakai kamus dalam rangka ikut menunjang pembinaaan dan pembakuan bahasa.


Label Kelas Kata
    Masalah kelas kata dalam setiap bahasa masih merupakan problema bagi para peneliti bahasa; kesepakatan bersama tentang beberapa jumlah kelas kata dalam suatu bahasa dan ciri-cirinya masih merupakan dilema. Label kelas kata dalam suatu bahasa dan ciri-cirinya masih merupakan problema. Mengetahui kelas kata sbuah kata akan membantu/memudahkan dalam memberikan definisi atau batasan kata tersebut. Disamping itu, pemuatan label kelas kata pada setiap entri dalam kamus sangat berguna untuk memberikan kelengkapan informasi kebahasaan.

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar