Selasa, 27 September 2016

LINGUISTIK BANDINGAN HISTORIS

A.                Pengertian Linguistik Bandingan Historis adalah suatu cabang dari ilmu Bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsure bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut. Cabang ilmu ini mempelajari data-data dari suatu bahasa dari dua periode atau lebih lalu diperbandingkan secara cermat untuk memperoleh kaidah-kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa itu.

Bahasa adalah suatu alat pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara bersama-sama. Studi perbandingan bahasa ialah suatu karya yang bersifat universal untuk menemukan kenyataan-kenyataan bagaimana bangsa-bangsa di dunia sejak dahulu memandang dunia sekitarnya yang disimpan dalam bahasanya masing-masing.

B.                 Tujuan Linguistik Bandingan Historis
Seperti halnya ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, Linguistik Bandingan Historis juga mempunyai suatu tujuan. Dengan memperhatkan luas lingkup Linguistik Bandingan Historis tersebut, dapat dikemukakan tujuan dan kepentingan Linguistik Bandingan Historis sebagai berikut:
1)      Mempersoalkan bahasa-bahasa yang serumpun dengan mengadakan perbandingan mengenai unsure-unsur yang menunjukkan kekerabatannya. Bidang- bidang yang digunakan untuk memperbandingkan ialah fonologi dan morfologi.
2)      Mengadakan rekonstruksi bahasa-bahasa yang ada pada sekarang kepada bahasa purba atau berusaha menemukan bahasa proto yang menurunkan bahasa-bahasa modern.
3)      Mengadakan pengelompokkan (sub-grouping) bahasa-bahasa yang termasuk dalam suatu rumpun bahasa.
4)      Menemukan pusat-pusat penyebaran bahasa proto dari bahasa kerabat, serta menentukan gerak migrasi yang pernah terjadi pada masa lampau.

C.                Klasifikasi Genetis
Klasifikasi genetis disebut juga klasifikasi geneologis, dilakukan berdasarkan garis keturunan bahasa- bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua. Menurut teori klasifikasi genetis ini, suatu bahasa pro ( bahasa tua, bahasa semula) akan pecah dan menurunkan dua bahasa baru atau lebih. Lalu, bahasa pecahan ini akan menurunkan pula bahasa- bahasa lain. Kemudian bahasa- bahasa lain itu akan menurunkan lagi bahasa- bahasa pecahan berikutnya.
Klasifikasi genetis dilakukan berdasarkan kriteria bunyi dan arti yaitu atas kesamaan bentuk (bunyi) dan makna yang dikandungnya. Bahasa- bahasa yang memiliki sejumlah kesamaan seperti itu dianggap berasal dari bahasa asal atau bahasa proto yang sama. Apa yang dilakukan dalam klasifikasi genetis ini sebenarnya sama dengan teknik yang dilakukan dalam linguistik historis komparatif, yaitu adanya korespondensi bentuk (bunyi) dan makna. Oleh karena itu, klasifikasi genetis bisa dikatakan merupakan hasil pekerjaan linguistik historis komparatif. Klasifikasi genetis juga menunjukkan bahwa perkembangan bahasa- bahasa di dunia ini bersifat divergensif, yakni memecah dan menyebar menjadi banyak, tetapi pada masa mendatang karena situasi politik dan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih, perkembangan yang konvergensif tampaknya akan lebih mungkin dapat terjadi.

Klasifikasi semua bahasa di dunia yang dikembangkan oleh Linguistik Bangdingan Historis adalah sebagai berikut.
No
Rumpun
Bahasa
1 Indo-Eropa German, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavia, Roman, Keltik, Gaulis
2 Semito-Hamit (1) Semit: Arab, Etiopik, Ibrani, (2) Hamit: Koptis, Berber, Kushit, dan Chad
3 Chairi- Nil (1) bahasa Bantu: Luganda, Swahili, Kaffir,   Subiya, Zulu, Tebele, (2) Khoisan: Bushman, Hottentot
4 Dravida Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam, Brahui
5 Austronesia Indonesia, Melanesia, Polinesia
6 Austro-Asiatik Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam
7 Finno-Ugris Hungar, Lap, Samoyid
8 Altai Turki, Mongol, Machu-Tungu Ada pertalian antara Finno-Ugris dan Altai yaitu Ural-Altai: Jepang, Korea
9 Paleo- Asiatis bahasa-bahasa di Siberia
10 Sino-Tibet Cina, Tai, Tibeto-Burma, Yenisei-Ostyak
11 Kaukasus Kausakus utara dan selatan (Georgia)
12 Indian Eskimo-Aleut, Na-Dene, Algonkin-Wakashan, Hokan, Sioux, Penutian, Aztek-Tanoan, Maya
13 Bahasa lainnya Irian, Australia, Kadai

D.                Ciri-ciri Klasifikasi Genetis
Klasifikasi genetis mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : non-arbitrer, ekshaustif, dan unik.
1.      Non-Arbitrer                       : berdasar garis keturunan. Bahasa-bahasa yang dianggap diturunkan  dari bahasa-bahasa yang lebih tua, dan bahasa-bahasa yang lebih tua selanjutnya akan diturunkan lagi dari bahasa-bahasa yang lebih tua sebelumnya.(ciri fonologis dan morfologis).
2.      Ekshaustif (tuntas)             : semua bahasa memiliki kelompok rumpun bahasa. Tidak ada bahasa yang tidak dimasukkan dalam kelompok-kelompok tadi, sehingga tidak ada yang tersisa.
3.      Unik                                  : tiap bahasa jelas kedudukannya pada kelompok mana, hanya dapat memiliki keanggotaan tertentu dan tidak mungkin masuk menjadi anggota rumpun bahasa yang berlainan.

E.                 Sejarah Linguistik Bandingan Historis
a.      Periode I (1830-1860)
  • Franz Bopp merupakan tokoh peletak dasar-dasar ilmu perbandingan bahasa. Ia membandingkan  akhiran-akhiran kata kerja dalam bahasa Sangsekerta, Yunani, Latin, Persia, dan German yang diterbitkan tahun 1816.
  • Rasmus Kristian Rask pada tahun 1818 menerbitkan buku tentang asal-usul bahasa Eslandia. Ia membandingkan bahasa German, terutama German Utara dengan bahasa Baltik, Slavia, dan Keltik, serta dimasukkan bahasa Baskia dan Finno-Ugris. Penemuannya yang terpenting adalah Pertukaran Bunyi (Lautverschiebung) antara bahasa Germa dan bahasa Latin-Yunani.
  • Jakob Grimm menyempurnakan hubungan-hubungan bunyi tersebut. Pada tahun 1819 ia menerbitkan buku Deutsche Grammatik.
  • Friedrich Vonschlegel pada tahun 1808 berhasil menetapkan bahasa Sangsekerta, Yunani, Latin, Persia, dan German menjadi bahasa Fleksi .
  • F. Pott dalam periode ini mengadakan penyedilikan estimologis kata-kata dengan metode yang lebih baik.
  • Wilhelm Von Humboldt mengemukakan klasifikasi bahasa di dunia menjadi bahasa isolatif, fleksi, aglutinatif, dan inkorporatif.

b.      Periode II (1861-1880)
  • August Schleicher dalam bukunya Compendium der vergleichenden Grammatik  mengemukakan pengertian baru Ursprache (Proto Language) yaitu bahasa tua yang menurunkan bahasa kerabat.
  • Curtius berhasil menerapkan metode perbandingan untuk filologi klasik, khususnya bahasa Yunani.
  • Max Muller berhasil memperluas horizon pengetahuan ilmu bahasa lewat bukunya Lectures in the Science of Language (1861), ia memperkenalkan analisis dan sintesis untuk bahasa isolatif dan fleksi, sedangkan D. Whitney menambahkan polisintesis untuk bahasa inkorporatif.

c.       Periode III (1880-akhir abad XIX)

  • K.Brugmann, Osthoff, Leskien merupakan kelompok tata bahasa yang menamakan dirinya  Jungrammatiker yang muncul setelah tahun 1880, mereka tertarik dengan kaidah bunyi Jakob Grimm. Aliran ini bergerak di Leipzig, salah satu muridnya adalah Leonard Bloomfield yang menjadi linguis Amerika.
  • J. Schmidt mencetuskan sebuah teori baru yang disebut Wallentheorie. Ia kemudian melhirkan Hukum Verner.
  • Hermann Paul menerbitkan buku Prinzipien der Sprachgeschichte (1880).
  • H. Steinthal mencoba membagi bahasa dengan landasan psikologi.
  • Fr. Muller menerbitkan bukunya Grundriss derSprachwissenschaft (1876-1888)

 d.      Periode IV (awal abad XX)
  • Fonetik berkembang sebagai suatu studi ilmiah.
  • Muncul cabang linguistik baru yaitu Psikolinguistik dan Sosiolinguisitik
  • Muncul aliran Praha sebagai reaksi terhadap studi bahasa yang terlalu   halus sampai pada bahasa individual (idiolek)

Senin, 08 Agustus 2016

Dekontruksi Dongeng Sangkuriang jeung Maling Kundang

Dekontruksi Dongeng Sangkuriang jeung Maling Kundang
Ku: Ari Karnanda
Kacaritakeun zaman baheula di hiji desa di tatar parahiyangan aya hiji kulawarga salaki pamajikan nyaѐta Kang Toyib – Dayang Sumbi, harita manѐhna boga anak lalaki ngan hiji-hijina, nu dibѐrѐ ngaran si Sangkuriang.

Kang Toyib bapana si Sangkuriang tѐh inidit rѐk neangan pagawѐan ka sabrang ka Palѐmbang. Tapi geus sapuluh taun lilana si Kang Toyib teu balik-balik ka imah. Pondok carita si Sangkuriang geus gede di titah ku indungna Dayang Sumbi pikeun nyusul bapana si Kang Toyib ka Palembang.

Barang nepi di Palembang, geus nѐang kaditu kadieu teu kapanggih waѐ ѐta si Kang Toyib tѐh, nu akhirna lainna panggih jeung bapana tapi kalahka panggih jeung jodona. Kacaritakeun si Sangkuriang menangkeun putri raja nu kacida bengharna. Sapuluh tahun tidinya, si Sangkuriang teu balik-balik ka imah da geus ngarasa merenah sarta naon nu dipikahayang bisa kacumponan. Harita Dayang Sumbi tѐh kesel geus nungguan sakitu lilana eweuh torojol waѐ balik, akhirna Dayang Sumbi indit nyusul si Sangkuriang ka Palembang.

Sanepina di Palembang Dayang Sumbi neangan si Sangkuriang, tatanya kaditu kadieu nu akhirna aya bѐja yѐn si Sangkuriang geus kawin jeung putri raja. Hiji mangsa si Sangkuriang inidit ka pasar manѐhna panggih jeung wanoja nu kacida geulisna, geulis nu kawanti-wanti nu matak narik kana ati, harita dina jero hatѐna si Sangkuriang “Duh ѐta wanoja meni kuatka geulis-geulis teuing, kuring kudu bisa menangkeun ѐta wanoja”, sanajan manѐhna geus boga pamajikan tapi teuing kunaon harita si Sangkuriang bet hayang menangkeun wanoja ѐta.

Caritana si Sangkuriang nyamperkeun ѐta wanoja, tuluy pok tѐh langsung ngomong yѐn manѐhna hayang ngawin ѐta wanoja, sihorѐng wanoja nu dipikahayang ku si Sangkuriang tѐh indungna sorangan, Dayang Sumbi nu awѐt ngora kusabab manѐhna geus pernah ngadahar daging si Tumang, jadi sanajan geus kolot gѐ angger ragana mah ngora kѐnѐh. Dayang Sumbi geus apal tianggalna yѐn ѐta tѐh si Sangkuriang anakna sorangan. Kusabab kitu, Dayang Sumbi teu narima ajakan si Sangkuriang nu menta kawin jeung manѐhna. Teu tarima si Sangkuriang di tampik ku wanoja ѐta, akhirna si Sangkuriang ngancam lamun teu bisa kawin jeung manѐhna ѐta wanoja bakal di teuleumkeun ka laut.

Harita Dayang Sumbi teu bisa nolak kusabab si Sangkuriang jeung ajudan-ajudan karajaan lengkep bari marawa tombak jeung pedang, lamun kahayang si Sangkuriang teu diturut lain teu mungkin ѐta tombak jeung pedang bisa nuncleb dina diri Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi boga pisarat pikeun si Sangkuriang, pѐk manѐhna bisa dikawin ku si Sangkuriang asal kudu dijieunkeun parahu pikeun manѐhna indit jang bulan madu, dina waktu sapeuting kudu jadi ѐta parahu tѐh. Teu loba ngѐlak deui si Sangkuriang langsung nyanggupan ѐta sarat Dayang Sumbi.

Peutingna si Sangkuriang ngumpulkeun bala tentarana pikeun nyieun parahu, barang wanci maju ka subuh, ѐta parahu geus rѐk anggeus. Si Sangkuriang bungah pisan manѐhna tѐrѐh nganggeuskeun ѐta parahu. Tapi kusabab Dayang Sumbi mah sakti akhirna saacan ѐta kapal rѐngse kabѐh, tuluy kedal weѐh uucapan Dayang Sumbi “Sangkuriang, saѐstuna kuring tѐh indung manѐh, kuring teu bisa kawin jeung anak sorangan, Jadi Batu Siah!”, gleger......!! Dibarѐngan ku sora guludug jeung kilat nu meulah langit, jadi poѐk, tidinya si Sangkuriang di kutuk jadi Batu!.

***

Paribasa Basa Sunda

 Ini merupakan beberapa contoh Paribasa Basa Sunda


1. Amis Budi = Hade budi, teu weleh seuri ka batur.
2. Amis Daging = Babari kakeunaan ku panyakit kulit, contona borok.
3. Atah Anjang = Langka nganjang ka batur atawa ka tempat-tempat lianna.
4. Ayeum Tengtrem = Senang hate, teu boga kasieun atawa kahariwang.
5. Babalik Pikir = Sadar tina kasalahan.
6. Beak Dengkak = Geus ihtiar rupa-rupa tapi teu hasil.
7. Bengkok Tikoro = Teu kabagean dahareun lantaran elat datang.
8. Beurat Birit = Kedul, hese dititah.
9. Bodo Alewoh = Bodo tapi daek tatanya.
10. Buntut Kasiran = Pedit, koret, hese mere ka batur.
11. Cueut Ka Hareup = Jelema nu geus kolot.
12. Dogdog Pangrewong = Saukur omongan panambah. (Ngagosip)
13. Elmu Ajug = Mapatahan batur bari sorangan teu bener.
14. Epes Meer = Babari ceurik, babari peunggas harepan.
15. Gantung Denge = teu anggeus anu didengekeun.
16. Gantung Teureuyeun = henteu cacap barang dahar, lantaran kadaharanna kurang.
17. Gede Hulu = Sombong, Adigung.
18. Getas Harupateun = Babari nuduh atawa ngahukum.
19. Gurat Batu = Mawa karep sorangan.
20. Hampang Birit = Babari dititah, henteu kedul.
21. Hampang leungeun = Babari neunggeul.
22. Handap Lanyap = Ngomongna hade padahal maksudna ngahina.
23. Harewos Bojong = Ngaharewos tapi kadenge ku batur.
24. Haripeut ku teuteureunyeun = Babari kapincut ku pangbibita.
25. Hawara Biwir = Bebeja ka batur samemeh dipigawe.
26. Hejo Tihang = resep pipindahan.
27. Heuras Genggerong = Ngomongna kasar.
28. Heureut Pakeun = Saeutik Pangaboga.
29. Indit Sirib = Indit sakulawarga.
30. Kawas Gaang Katincak = jempe, teu ngomong.
31. Kawas beueuk beunang mabuk = jempe/ ngeheruk teu ngomong.
32. Kawas Anjing tutung buntut = Teu daek cicing.
33. Kembang Buruan = Budak keur meujeuhna resep ulin diburuan.
34. Kokolot Begog = Niron-niron omongan atawa kalakuan kolot.
35. Kurung Batok = Tara liar ti imah, tepika teu nyaho nanaon.
36. Laer Gado = Resep barang penta.
37. Lesang Kuras = Geus teu boga nanaon.
38. Leuleus Awak = Resep barang gawe.
39. Leumpeuh Yuni = Teu kuat nenjo nu pikasieuneun/ pikareuwaseun.
40. Leutik Burih = Kurang kawani, sieunan, borangan.
41. Lungguh Tutut = Katenjona lungguh/ cicingeun padahal saenyana henteu.
42. Miyuni Kembang = Loba nu mikaresep.
43. Murag Bulu Bitis = Resep indit-inditan.
44. Ngabuntut Bangkong = Teu puguh tungtungna, teu tep ka rengse.
45. Ngegel Curuk = Teu menang hasil.
46. Ngeplek Jawer = Teu boga kawani, sieunan, elehan.
47. Ngijig Sila = Henteu satia.
48. Nyoo Gado = Ngunghak, ngalunjak.
49. Panjang Lengkah = Loba pangalaman.
50. Pindah Pileumpangan = Robah kalakuan.
51. Saur Manuk = Ngomong rampak/ bareng.
52. Tuturut Munding = Nurutan batur bari teu nyaho maksudna.
53. Era Paradah = Era ku kalakuan batur.
54. Geulis Gunung = Katingali ti jauhan alus tapi beh dekeut goreng.